Pages

Yang Bekas Yang Diburu

Pasar ponsel bekas seperti tak mengenal krisis. Malah, di saat melambungnya harga ponsel baru, ponsel bekas justru diburu.

Siapa sih yang tak kepingin memiliki ponsel keluaran terbaru. Buat pengguna yang hobi gonta-ganti ponsel, memang gatal rasanya melihat ponsel keluaran terbaru dengan fitur mutakhir, yang saban bulan selalu saja muncul model terbaru.

Cuma kadang-kadang, impian untuk memiliki ponsel baru idaman terganjal persoalan isi saku. Maklum, ponsel model terbaru, apalagi keluaran merek terkenal, harganya pun kadang-kadang lumayan menguras saku. Bagi mereka yang berkantong tebal, harga mungkin tak jadi masalah. Lain soal dengan mereka yang punya bujet pas-pasan. Pilihannya adalah, menabung serajin mungkin dan berharap dapat memiliki ponsel idaman dalam beberapa bulan lagi. Masalahnya, ketika uang sudah terkumpul, bukan tak mungkin tiba-tiba tergoda dengan model paling baru lagi, yang barusan saja diluncurkan.

Pilihan lainnya adalah membeli ponsel bekas, alias ponsel second. Maklum, di pusat-pusat perdagangan ponsel, dengan mudah dijumpai ponsel-ponsel keluaran terbaru dengan status bekas. Kadang, ponsel bekas ini baru berumur 4-7 bulan saja. Secara fisik tentu saja nyaris belum ada cacat sedikitpun. Apalagi dalam hal fitur. Maklum ponsel tersebut masih bergaransi resmi yang akan mendapat perlakuan istimewa dari vendor penjaminnya. Untuk hal ini pembeli akan merasa diuntungkan karena meski baru dipakai hitungan hari, tetap saja statusnya sama, ponsel bekas.

Menurut Ramadhani, 23 tahun ponsel bekas tidak selalu buruk. “Selain harganya yang relatif murah, kualitasnya tidak jelek-jelek amat,” katanya menjelaskan. Ia pun menerangkan sedikit tips membeli ponsel bekas. “Sebelum memutuskan membeli, kita cek dulu software, Imei, dan baterainya. Setelah itu baru fisiknya,” kata cewek yang sehar-harinya berprofesi sebagai penulis ini. Demikian pula dengan Dina Maerawati. Gadis 24 tahun ini mempunyai alasan yang sama. “Harga yang lumayan jauh dan bisa mendapatkan fitur yang oke, karenanya saya suka membeli ponsel bekas,” tambahnya.

Beberapa pedagang ponsel di pusat penjualan ponsel Jabodetabek mengaku penjualan ponsel bekas lebih laris dibandingkan yang baru. “Peredaran ponsel bekas sangat tinggi ketimbang ponsel baru,” ujar Anto, salah seorang penjaga toko di lantai 1 ITC Roxy Mas. “Tidak sedikit dari pengunjung yang mencari ponsel bekas yang masih tergolong baru. Misalkan baru beredar 6-8 bulan lalu,” tambahnya. Mengenai harga, Anto mengatakan bahwa harga tergantung dari kondisi ponsel dan sisa jaminan garansi yang masih ada.

Hal itu diamini oleh Yani, penjaga outlet di lokasi ITC Roxy Mas pula. “Hanya orang-orang yang duitnya lebih saja yang lebih memilih ponsel baru daripada yang bekas,” katanya. Tak jauh berbeda dengan yang ada di ITC Ambasador, para konsumen lebih memilih membeli ponsel bekas yang tipenya belum terlalu jadul (lama), daripada yang baru. Menurut Benny, pemiliki salah satu toko di kawasan Ambasador, harga antara ponsel baru dengan yang bekas cukup jauh dan miring. “Kalau tipenya masih agak-agak baru, daripada beli yang baru mending yang bekas, selisih harganya cukup lumayan,” jelasnya.

Pemain Besar Ikut Tergiur

Manisnya pasar ponsel bekas, apalagi di saat daya beli masyarakat sedang turun begini, memang menjadi daya pikat tersendiri bagi kalangan pebisnis ponsel. Bahkan, pemain besar semacam Global Teleshop ikut melihat peluang besar di segmen ini. Karena itu, salah satu distributor utama Nokia ini mulai ikut menggarap segmen ponsel second.

Mereka membuka layanan Global Second Shop (GSS). “Kami melihat sekarang banyak konsumen yang lebih sering mencari ponsel bekas,” kata Endang Trianawati, Pilot Project Global Second Shop, menjelaskan latar belakang dibukanya layanan tersebut.

Agak berbeda dengan ponsel bekas yang dijual di pasaran, ponsel bekas GSS bukan ponsel yang bekas pakai. Kebanyakan ponsel yang dijual adalah barang-barang stok lama yang dijual dengan harga bekas. Ada juga ponsel yang didapat dari konsumen yang menukar ponsel lamanya dengan ponsel baru. Setelah diperbaiki, baik hardware dan softwarenya, dan menjadi prima lagi, barulah dijual di GSS.

Diakui Endang, penjualan ponsel bekas di GSS cukup lumayan untuk ukuran yang masih baru. Di GSS Roxy, dalam sehari bisa menjual paling tidak 10 unit. Endang cukup yakin dengan bisnis baru milik Global Teleshop ini. “GSS menjual ponsel bekas yang aksesorinya original dan kondisi full set (lengkap isinya). Meski harga kami sedikit lebih mahal dibanding pasaran, tapi kami yakin masyarakat lebih pintar memilih,” Endang menandaskan.

Meski GSS hadir di Roxy, beberapa pedagang disana mengaku tidak takut kalah saing. “Saya ada strategi pasar sendiri untuk menggaet konsumen” ungkap Fendi, salah satu pemilik toko ponsel di Roxy. “Strateginya tak perlu saya beritahu, itu rahasia toko,” tambahnya lagi. Ia yakin bisnis penjualan ponselnya baik yang bekas dan baru akan tetap eksis meski banyak saingan.

Unknown

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.