Pages

Ranking 6 Dunia, Industri Seluler Indonesia Masih Payah

Banyak kalangan mengnarapkan terjadi perbaikan di industri seluler tanah air. Dengan jumtah pelanggan yang bertambah secara significan dari tahun ke tahun, perkembangan industri ini bahkan sempat melebihi ekspektasi beberapa kalangan. Hal ini tentu saja membutuhkan sarana penunjang serta infrastruktur yang kokoh.

Apa yang terjadi dalam industri seluler bisa dibilang telah memberikan berkah yang sangat besar bagi banyak pihak.

Prospek mengkilap serta profit menggiurkan yang masih bisa disumbangkannya membuat operator seluler selalu tersenyum lebar. Meski dalarn kondisi ekonomi global yang tengah carut marut belakangan ini.

Nyaringnya gemerincing Rupiah dari bisnis seluler pun berhasil memikat investor untuk terjun ke dalamnya.

Sementara bagi pemerintah (regulator), industri seluler menjadi salah satu generator penggerak perekonomian yang cukup mumpuni.

Bagi masyarakat, industri seluler berperan besar dalam mengurangi hambatan ruang dan waktu. Efisiensi yang ditawarkan industri ini mampu memangkas kesulitan geografis serta kesenjangan komunikasi.

Tak berlebihan rasanya jika industri ini mampu terus melaju di tengah berbagai kondisi yang merintanginya.

Sebagai catatan saja, hingga penghujung 2007, dalam hitung-hitungan kasar saja pertumbuhan pengguna seluler (GSM-red) telah berhasil menembus angka lebih dari 80 juta pelanggan.

Belakangan, hampir satu setengah tahun berlalu, pelanggan seluler di tanah air semakin menggurita. Tengok saja, Indonesia sekarang menjadi salah satu pasar terbesar dalam industri seluler di dunia. Bahkan, negara ini masuk dalam 6 besar daftar negara dengan jumlah pelanggan seluler terbanyak.

Menurut data Wireless Intelligent, jumlah pelanggan seluler di tanah air pada Q2 tahun lalu berhasil mencapai jumlah 116.144.392.

Sementara di kawasan Asia, Indonesia menduduki posisi tiga besar bersama Cina dan India. Kedua negara tersebut berturut-turut menduduku peringkat pertama dan kedua baik di Asia maupun di dunia.

Cina memiliki jumlah pelanggan 585 juta dan India memiliki pelanggan seluler sekitar 291 juta pada Q2 2008. Indonesia menggeser posisi Jepang dalam hal jumlah pengguna seluler di Asia Pasifik.

Akan tetapi, industri ini masih membutuhkan perbaikan. Meskipun berhasil menorehkan prestasi dalam hal jumlah pengguna selulernya, namun tak bisa dipungkiri industri di negeri ini masih terbilang "tak beres".

Coba saja perhatikan bagaimana ketidaksiapan operator dalam hal infrastruktur memadai, regulasi yang terkesan setengah hati dan belum matang, sampai kualitas layanan yang tak kufijung membaik.

Urusan menara Base Tranceiver Station (BTS) misalnya masih banyak menuai permasalahan. Baru-baru ini, sejumlah pemerintah daerah ramai-ramai menolak pemberian izin bagi para operator untuk membangun BTS di wilayahnya.

Operator berkilah bahwa hal seperti itu menjadi hambatan meningkatkan kualitas layanan kepada pelanggan. Sementara regulator mengklaim tak semua pemerintah daerah mempersulit masuknya operator ke wilayahnya.

Di sisi pelayanan pun tak kunjung membaik karena pertambahan pelanggan masih belum ditunjang infratstruktur memadai. Ini bisa terindikasi dari dari merosotnya jaringan 3G operator yang membuat kualitas layanan data memburuk.

Begitu pula dengan tender BWA yang diharapkan bisa menunjang kebutuhan layanan data serta mendorong tarif murah malah justru diulur-ulur pemerintah.

Berbagai permasalahan yang terjadi di tengah sukses industri seluler mendongkrak pasar penggunanya membuktikan industri ini harus segera memiliki regulasi yang tepat dan tegas supaya operator kian bertanggungjawab terhadap sarana pendukung dan layanannya.

Juga supaya meroketnya jumlah pelanggan bisa searah dengan kualitas layanan.

Unknown

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.