Ini adalah potret yang mewakili budaya ber-Internet menggunakan ponsel di Jepang. Ke mana-mana kita pergi, kita akan selalu melihat orang-orang yang sibuk menggunakan ponsel. Berkirim email, bermain game, menonton televisi, membuka situs web, dan jual beli barang serta saham menggunakan ponsel sudah merupakan hal yang jamak. Ada juga kisah tragikomedi karena ponsel, seperti yang ditulis oleh Mobile Ojisan.
Orang yang baru berkenalan tidak jarang hanya bertukar alamat email ponsel (keitai me-ru) tanpa bertukar nomor, dan menjadi merutomo, yaitu versi email dari sahabat pena. Malah tidak perlu harus pernah bertemu untuk menjadi merutomo. Aturan yang umum berlaku terutama di kalangan anak-anak adalah merutomo harus cepat-cepat membalas email yang datang. Kita tidak perlu heran bila mengetahui ada anak yang marah kepada temannya karena tidak membalas email dalam 10 menit.
Ponsel memang memberikan ruang yang sangat pribadi bagi penggunanya, bahkan di tempat umum yang sesak pun. Di kereta atau bus yang padat penumpang kita bisa berkomunikasi dengan orang di tempat lain tanpa perlu khawatir terganggu maupun mengganggu orang-orang yang bahunya bersinggungan dengan bahu kita. Yang ada hanya kedipan lampu dan getaran ponsel, serta bunyi tuts-tuts papan kunci saat ditekan oleh ibu jari. Tidak ingin orang sebelah tahu apa yang kita lihat di ponsel? Gampang! Pasang saja pelapis layar anti intip.
Dengan sistem tarif tetap sekitar 5000 Yen per bulan untuk ber-Internet sepuasnya menggunakan ponsel, pengguna tidak perlu khawatir kantongnya kempes. 11.418.031 Yen hanyalah sederetan angka di layar yang tidak perlu dibayar bila Anda termasuk dalam lebih dari separuh orang Jepang yang berlangganan tarif tetap. Jika ber-Internet sudah bisa sepuasnya sementara menelepon harus membayar pulsa per menit, maka telepon yang kita kenal sekarang ini barangkali akan berubah menjadi layanan nilai tambah yang disediakan oleh operator. Mengapa tidak?
ps: Katanya di Eropa ada yang memberikan tarif lebih murah daripada Jepang ya?